5/28/2013

First Checkpoint

"Hard work will never betray you"- Gary Leessang

Quotation dari Kang Gary yang saya yakini dalam dua bulan terakhir benar benar manjur mencambuk saya untuk berusaha keras mendapatkan target yang harus saya capai, dalam hal ini IELTS. Ya IELTS, saya harus mendapat overal band 6.0 agar dapat men-checklist semua persyaratan untuk melanjutkan master di Jerman, kebetulan keputusan saya sudah bulat untuk melanjutkan studi dalam bahasa Inggris di Jerman setelah saya tidak mendapat kesempatan untuk memulai kuliah master di Summer semester.

Saya termasuk orang yang pas pasan. Kenapa pas pasan? saya sadar saya tidak pintar dan saya tidak terlalu bodoh. Ada di tengah-tengah. Biasanya tipe makhluk seperti ini bermasalah di kepercayaan diri atau kurang rajin. Hahahaa.

IELTS ini benar benar menyita segalanya, dari mulai waktu, tenaga, mental dan pikiran dalam kurun waktu dari bulan Desember 2012 sampai akhir Mei 2013. Karena saya yakin ini satu satunya senjata terakhir untuk melanjutkan mimpi saya melanjutkan master di Jerman. Problem lain adalah visa saya hanya valid sampai bulan Oktober 2013, yang berarti oktober saya harus sudah mendapatkan approvement dari Universitas yang saya ingin tuju. Jadi saya cuma punya 2 pilihan, berjuang sekeras mungkin untuk mendapatkan hasil IELTS 6.0 atau pulang ke Indonesia untuk selamanya. Saya memilih poin pertama.

Tes pertama ada di bulan Desember bertempat di Düsseldorf dan gagal, saya hanya mendapat 5.5. Saya terlalu pede dengan kemampuan bahasa inggris saya yang cupu dan setelah melihat hasil tersebut saya benar benar terpukul. Tapi saya merasa harus ngambil tes lagi, "ah masak engga bisa.." pikir saya. Tes kedua bertempat di Aachen dan saya gagal lagi untuk ke dua kalinya. Saya kembali dapat 5.5. Mental saya benar benar jatuh, karena saya merasa sudah belajar dengan keras, saya engga punya nyali untuk lapor ke orang tua, saya merasa pulang ke Indonesia adalah jalan terakhir. Pikiran negatif benar benar menyelimuti saya.

Setelah masa recovery, saya mencoba untuk tenang, dukungan dari orang tua dan adik agar mengambil tes sekali lagi dan dukungan dari teman teman saya benar benar membantu untuk yakin sama diri saya sendiri, "Gue pasti bisa."

The last war, saya berjanji sama diri saya sendiri bahwa ini harus jadi tes terakhir dan saya pasti bisa ngelewatin ini. Mental benar benar diuji. Sebulan sebelum tes saya berusaha belajar mati-matian dan berdoa. Setiap hari, dari pagi sampai sore saya belajar di semacam studentplatz untuk mahasiswa, membaca berbagai macam teks, nonton film tanpa teks, writing, dsb, melakukan kegiatan yang bisa mempertajam kemampuan berbahasa inggris saya untuk tes, karena kesimpulan saya sejauh ini, bisa berbahasa inggris belum tentu bisa lulus tes bahasa inggris.

D-day. Saya sudah ada di Cologne dari pagi hari, karena tempat tes nya ada disana. Saya sempat bertemu dengan calon mahasiswa Indonesia juga, dia berasal dari Belanda dan ikut tes IELTS untuk syarat masuk Universitas juga, dia mengaku bahwa ini adalah yang ke tujuh kalinya dia mengikuti tes IELTS. Saya tambah nervous aja.

Singkat cerita, selesai tes saya menunggu hasilnya selama 2 minggu dan hasilnya pun sampai. Saya membuka amplop dan jreng! 6.0! Saya terharu, mengapa? karena saya merasa merasa saya tidak pintar, saya pas pasan, tapi saya berusaha keras dan hasil nya sesuai dengan yang saya harapkan.

Saya sangat bersyukur dengan hasil ini. Tapi saya belum sepenuhnya berada di finish line, masih ada ujian terakhir : diterima di universitas untuk winter semester. Ibarat game, saya baru menyelasaikan checkpoint pertama dan masih ada checkpoint yang lain. Fighting! Doakan ya teman-teman!